ALLOOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD, YAA WAAJIDU YAA JAWAAD, SHOLLI WASALLIM
WABAARIK ‘ALAASAYYIDINAA MUHAMMADIW-WA’ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD.
FII KULLI LAMHATIW WA NAFASIM BI’ADADI MA’LUMAATILLAAHI, WA FUYU DHOTIHI
WA AMDAADIH. (Ijasah KH Abdoel Madjid Ma’roef RA)
100X
Yaa
Allah, Yaa Tuhan Maha Esa, Yaa Tuhan Maha Satu, Yaa Tuhan Maha
Menemukan, Yaa Tuhan Maha Pelimpah, limpahkanlah sholawat salam barokah
atas junjungan kami Kanjeng Nabi Muhammad dan atas keluarga Kanjeng Nabi
Muhammad pada setiap kedipnya mata dan naik turunnya napas sebanyak
bilangan segala yang Alloh Maha Mengetahui dan sebanyak kelimpahan
pemberian dan kelestarian pemeliharaan Allah.
Segala puja dan
puji lengkap sempurna, utuh hanyalah milik Allah semata, Walaupun
seluruh pujian kita ucapkan dengan pujian yang terbaik pasti tidak akan
pernah bisa memuji Allah yang sesungguhnya karena Allah SWT itu Maha
Agung dari apapun yang bisa kita bayangkan dan pikirkan, Maha sempurna
dari apapun yang bisa kita ucapkan.
Dialah Allah penggenggam
langit dan bumi yang Maha Perkasa dan Maha Dahsyat Yang menciptakan
kita, Yang menguasai diri kita, Yang menentukan dari apa yang dia
kehendaki tanpa bisa kita halangi, Dialah Allah Yang Maha Sempurna
ampunan dan kasih sayangnya. Janji Allah pasti tidak pernah ada yang
meleset walau satu detikpun, satu noktahpun Allah berjanji akan
mengijabah setiap doa. Maka janji itu pasti terjadi, hanya saja doa kita
diijabah bukan sesuai dengan keinginan kita tetapi sesuai keinginan
Allah.
Setelah berusaha berulang-ulang berdoa penuh harapan,
jangan sampai berputus asa, karena belum terkabulnya doa kita. Sebab
Allah SWT telah memberi jaminan diterimanya doa setiap hamba Allah,
menurut pilihan dan kemauan Allah sendiri, bukan atas pilihan dan
kemauan si hamba ,atau menurut waktu yang dikehendaki hamba, akan tetapi
Allah ta’ala telah menetapkan kapan dan di saat apa doa seorang hamba
diterima oleh-Nya.
Jadi waktu terkabulnya doa bukan kita yang
menentukan tetapi waktu miliki Allah. Yang paling tepat, kita disuruh
berdoa bukan untuk memaksa Allah, bukan pula untuk menodong Allah tapi
kita berdoa karena doa akan memperjelas kita sebagai hamba dari Allah
Yang Maha Kuasa.
Allah Yang Maha Tahu Keadaan kita, tanpa harus
diminta sudah memberi segala-galanya. Kita tidak minta hidup namun Allah
memberikannya dengan setiap saat jantung kita bergerak – berdetak
memompa darah ke seluruh tubuh. Kita tidak usah merengek meminta udara
namun kita bisa bernafas dengan leluasa. Kita tidak meminta mengedipkan
mata tapi mata telah dikedipkan. Ternyata lebih banyak yang tidak kita
minta dibanding yang kita minta dan Allah telah memberikan kepada kita
sesuai dengan kehendak NYA.
Oleh karena itu, kalau suatu saat
kita memanjatkan doa maka kita harus tahu persis doa itu bagian dari
ibadah, doa itu perintah dari Allah, dan doa itu memperjelas kelemahan
kita bahwa kita yang membutuhkan dan Allah yang mencukupi kebutuhan.
Suatu saat salah seorang guru pernah ditanya “Kyai bagaimana supaya doa
mustajab?” Beliau mengatakan “sebut saja perbendaharaan surga LAA HAULA
WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL’ALIYYIL’AZHIIM. Artinya: Tiada daya-upaya
dan kekuatan selain dengan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Dengan
doa ini semakin memperjelas kita bahwa kita HARUS IKHLAS SETELAH KITA
BERDOA sebab kita tidak berdaya dan Allah Maha Kuasa. Doa Nabi Yunus:
Laa ilaaha illaa annta subhaanaka innii kuntu minazhzhaalimiin. Artinya:
Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, Sesungguhnya aku
adalah termasuk orang-orang yang zhalim (Q.S: Al- Anbiya : 87) Kita
mengakui diri ini dzolim dan kita mengakui Allah itu sempurna, Insya
Allah itulah yang membuat mustajabnya doa.
Oleh karena itu kita
harus memahami bahwa kita ini tidak punya apa-apa kecuali sekedar Allah
yang menitipkan diri ini saja. Kita tidak mengerti, kita tidak punya
ilmu kecuali sepercik yang Allah ajarkan sedikit. Tentang diri saja kita
tidak tahu. Kita tidak punya harta kecuali sekedar yang Allah
karuniakan dan tidak artinya jika dibanding alam semesta.
SETELAH BERDOA TAMBAHI DENGAN SUKA SHODAKOH
Imam
Ibnul Qoyyim mengatakan : “Sesungguhnya shodakoh bisa memberikan
pengaruh yang menakjubkan untuk menolak berbagai bencana sekalipun
pelakunya orang yang “Fajir” (pendosa), zholim, atau bahkan orang kafir,
karena Allah akan menghilangkan berbagai macam bencana dengan
perantaraan shadaqoh tersebut. Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi
umat manusia, baik yang berpendidikan maupun orang yang masih awam.
Seluruh penduduk muka bumi sepakat tentang hal ini karena mereka telah
mencobanya. ( Al-wa’bilu sh-shoyyib, karya ibnul Qoyyim).
Beliau
menyebutkan tentang sebab-sebab yang bisa melapangkan dada, “Diantaranya
adalah berbuat baik kepada orang lain, dan membantu mereka dengan
sesuatu yang memungkinkan untuk diberikan, baik berupa harta , jabatan,
fisik dan berbagai macam kebaikan lainnya. Karena orang yang dermawan
lagi suka berbuat baik adalah orang yang paling lapang dadanya, paling
bagus jiwanya, dan paling tentram hatinya. Sedangkan orang yang pelit
yang tidak memiliki kebaikan dalam dirinya adalah orang yang paling
sempit dadanya, paling susah hidupnya, dan paing besar kesedihan maupun
gundah gulananya.
Beberapa ayat dan hadis tentang shodakoh :
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya dimalam dan siang hari secara
sembunyi dan terang- terangan , maka mereka mendapat pahala disisi
Robbnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak(pula) mereka
bersedih hati (Qs Al- baqarah :274).
“Siapakah yang mau
meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan
melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuk nya, dan dia akan
memperoleh pahala yang banyak (Al – Hadid :11).
“Katakanlah ,
sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki bagi siapa saja yang
dikehendakinya) . Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah
akan menggantikannya dan Dialah Pemberi Rezeki yang sebaik-baiknya”
YANG MENGGERAKKAN PERILAKU
Pertanyaannya
sekarang, apa yang bisa menggerakkan orang untuk bershodakoh? Hanya
satu jawabannya: perbuatan shodakoh yang mulia itu bersumber dari hati.
Hati inilah potensi yang bisa melengkapi otak cerdas dan badan kuat
menjadi mulia. Dengan hati yang hidup inilah orang yang lumpuh pun bisa
menjadi mulia, orang yang tidak begitu cerdas pun dapat menjadi mulia.
Ada sebuah syair yang mungkin bisa menggambarkan betapa hati bisa sangat
berpengaruh pada kehidupan seseorang.
Bila hati kian bersih,
pikiran pun selalu jernih, semangat hidup kan gigih, prestasi mudah
diraih; Tapi bila hati busuk, pikiran jahat merasuk, akhlaqpun kan
terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk. Bila hati kian lapang, hidup susah
tetap tenang, walau kesulitan menghadang, dihadapi dengan tenang; Tapi
bila hati sempit, segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, lahir
batin terasa sakit.
Andaikan hati kian bersih tentu akan nikmat
sekali menjalani hidup ini. Kalau hati kita ini bersih dan sehat, maka
pikiran pun bisa menjadi cerdas. Kenapa? Karena tidak ada waktu untuk
berpikir licik, dengki atau keinginan untuk menjatuhkan orang lain.
Sebab, kalau tidak hati-hati benar maka hidup kita itu sangat
melelahkan. Sekali saja kita tidak suka kepada seseorang, maka lambat
laun kebencian itu akan memakan waktu, produktivitas dan memakan
kebahagiaan kita, kita akan lelah memikirkan orang yang kita benci.
Karenanya
bila hati kita bersih, maka pikiran bisa menjadi jernih. Tidak ada
waktu buat iri, semua input kan masuk dengan mudah, karena tidak ada
ruang untuk meremehkan siapa pun. Akibatnya kita akan memiliki akses
data yang sangat tinggi, akses informasi yang benar-benar melimpah,
akses ilmu yang benar-benar meluas, ujungnya akan mampu mengambil
ide-ide yang cemerlang dan gagasan-gagasan yang jitu.
Berbeda
dengan orang yang sombong, dia akan merasa bahwa dirinyalah yang paling
tahu semua hal. Akibatnya, dia tidak pernah mau mendengar masukan dari
orang lain. Padahal setiap orang tentu memiliki kelemahan. Dan untuk
memperbaiki kelemahan itulah kita membutuhkan koreksi dan masukan dari
orang lain.
Dengan kebersihan hati, insya Allah, otak akan lebih
cerdas, ide lebih brilian, gagasan lebih cemerlang. Orang yang bersih
hati itu punya kemampuan berpikir lebih cepat dari orang lain. Namun
orang yang kotor hatinya, cuma akan berjalan di tempat. Dia kan sibuk
memikirkan kekurangan orang lain, yang ada dalam pikirannya hanyalah
kejelekan orang. Hatinya akan menjadi sempit.
Coba perhatikan
jika ada anjing, kerbau, atau ada ular, di lapangan yang sangat luas,
tentunya relatif tidak akan menjadi masalah. Apa lagi jika lapangannya
teramat sangat luas, sebab ruang untuk bergerak jauh lebih leluasa. Tapi
apa bila kita sedang da di kamar mandi, lalu muncul seekor tikus saja,
pasti akan menjadi masalah. Kita tidak akan nyaman, jijik, atau malah
ketakutan. Artinya bagi orang-orang yang berhati sempit, perkara kecil
saja bisa menjadi masalah besar, apalagi perkara yang benar-benar besar.
Jika
hati bersih maka diri kita akan memancarkan AURA yang penuh kecerahan
dan penuh keramahan. Bahkan Nabi Muhammad Saw juga demikian. Beliau
tidak pernah berjumpa dengan oang lain kecuali dalam keadaan tersenyum
cerah. Senyum yang penuh keikhlasan memang sangat bernilai besar, karena
selain menjadi shadaqah juga akan menyehatkan tubuh. Bahkan menurut
para ahli, senyum itu hanya menggunakan 17 otot, sedangkan cemberut 32
otot, makanya orang yang sering cemberut akan mengalami kelelahan otot.
Dalam
berbicara pun kita harus sangat berhati-hati, sebab tak jarang melalui
tutur kata, akan terlihat derajat seseorang. Sebab mulut ini ibarat teko
yang mengeluarkan isinya. Jika di dalamnya berisi kopi tentu yang
keluar juga kopi, tapi jika isinya air yang bening pasti keluar air yang
bening. Orang yang berkualitas itu, jika berbicara ada struktur dan
cirinya. Kalau dia berbicara yang keluar adalah ide atau gagasan,
hikmah, solusi, ilmu dan zikir, sehingga pembicaraannya senantiasa
bermanfaat. Kalau bunyi itu efektif.
Semakin banyak omongan
sia-sia, maka semakin turun kualitas orang itu, padahal ciri-ciri
kualitas orang itu dilihat bagaimana kesanggupan menahan diri dari
sesuatu yang sia-sia. Kalau kita selalu berusaha mengendalikan hati,
detak jantung normal, wajah cerah, lisan enak, dan badan sehat. Lebih
dari itu bergaul dengan siapa pun akan menyenangkan.
Semoga Allah
SWT senantiasa membimbing kita untuk mengenal potensi yang termahal
dari hidup kita, yaitu hati kita sendiri. Hidupkan hati dengan
memperbanyak ilmu, memperbanyak ibadah, dan zikir. Ladang untuk berkarya
teramat luas, hiduplah dengan menjaga kebersihan hati, insya Allah
hidup ini menjadi lebih indah dan penuh makna.
Hati adalah amanah
yang harus dijaga dengan penuh kesungguhan. Kita tidak bisa mengatur
dan menata hati, kecuali dengan memohon pertolongan Allah agar Dia
selalu menjaga hati kita. Hati adalah pangkal kehidupan. Jika Allah
memberi hati kita yang bening, kita akan banyak mendapat keuntungan dan
bisa menjadi apa saja sesuai dengan keinginan. Suka shodakoh dan
memberi, bisnis menjadi lancar dan sukses, menjadi pemimpin yang
dicintai, suami yang dihormati, ayah yang disegani, menjadi apa pun bisa
terwujud jika akhlak kita mulia di sisi Allah. Dan kuncinya adalah
QALBUN SALIM, yaitu hati yang selamat, selamat dari segala kebusukan.
Sebab kesuksesan dan kemuliaan hanyalah milik orang-orang yang berhati
bersih.
Imam al-Ghazali mengungkapkan bahwa hati merupakan
sesuatu yang paling berharga dalam diri manusia. Karena dengan hatilah,
seseorang mampu mengenal Allah, beramal untuk mengharapkan ridha-Nya dan
juga guna mendekatkan diri kepada-Nya. Sedangkan jasad pada hakekatnya
hanyalah menjadi pelayan dan pengikut hati, sebagaimana seorang pelayan
terhadap tuannya.
Oleh kerena itulah terdapat sebuah ungkapan
bahwa siapa yang mengenal hatinya maka ia akan mengenal Rabbnya. Namun
disayangkan, karena betapa banyaknya manusia yang tidak mengenali
hatinya sendiri. Lalu Allah menjadikannya seolah dirinya terpisah dari
hatinya. Pemisahan ini dapat berbentuk penghalang untuk mengenal dan
bermuroqobatullah —selalu dalam pengawasan Allah—-, cenderung pada
kehidupan dunia, dan bahkan melupakan akhirat. Atas dasar hal inilah,
banyak ulama yang menjadikan ma’rifatul qolb (mengenali hati) sebagai
dasar dan pedoman bagi orang-orang saleh yang ingin lebih mendekatkan
dirinya kepada Allah SWT.
“Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar
termasuk golongannya (Nuh). (Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya
dengan hati yang suci. (Ingatlah) ketika ia berkata kepada bapaknya dan
kaumnya: “Apakah yang kamu sembah itu?” (QS. As-Shaffat : 83 – 85).
Terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik dari firman Allah SWT di atas, diantara hikmah-hikmahnya adalah sebagai berikut :
Bahwa
sebagai manusia kita diberi anugerah Allah SWT berupa sesuatu yang
sangat berharga dan sama antara satu dengan yang lain, baik kaya,
miskin, laki-laki, perempuan, tua, muda, berilmu ataupun awam. Sesuatu
yang sangat berharga tersebut adalah hati. Oleh karenanhya, hati harus
dijaga dan dipelihara, agar menjadi hati yang bersih atau sebagaimana
diistilahkan dalam Al-Qur’an, yaitu qalbun salim. Qolbun salim berasal
dari dua kata bahasa Arab, yaitu qolbun (hati) dan salim (bersih, suci
dan lurus).
Jika kedua kata ini digabungkan, maka akan membentuk
arti ‘hati yang lurus, bersih, suci dan ikhlas dalam segala gerak,
fikiran, perasaan, perbuatan dan lain sebagainya hanya kepada Allah
SWT’. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebut istilah qolbun salim ini hanya dua
kali. Dan keduanya menggambarkan tentang hatinya nabi Ibrahim as,
seorang nabi yang perjuangannya sangat luar biasa. Kedua ayat tersebut
adalah, pertama dalam QS. As-Shaffat : 83 – 85 di atas, dan kedua dalam
QS. As-Syu’ara : 87 – 89. “Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari
mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak
berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih.”
Apabila kita renungkan secara mendalam, maka kita akan
mendapatkan sebuah hakikat bahwa sebenarnya Allah SWT menginginkan agar
seluruh hamba-hamba-Nya dapat memiliki hati yang bersih, yang dapat
mengantarkan mereka pada kebahagiaan hakiki (baca ;surga). Allah juga
menginginkan untuk menyempurnakan segala kenikmatan-Nya kepada seluruh
hamba-hamba-Nya. Oleh karena itulah, Allah menurunkan Al-Qur’an (agama
Islam), guna dijadikan pedoman hidup manusia, yang sama sekali bukan
untuk menyusahkan atau menyulitkan manusia, namun agar manusia bisa
bahagia dalam menjalani kehidupannya.
Hal ini sebagaimana Allah
SWT firmankan dalam QS. Al-Maidah : 6. “Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan (mensucikan) kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”
Untuk
menggapai hati yang bersih, kita terlebih dahulu harus mengetahui seluk
beluk hati kita sendiri, memahami sifat-sifatnya dan juga mengetahui
godaan-godaan yang dapat menghanyutkannya dan menjauhkannya dari hati
yang bersih. Karena hati merupakan sentral jiwa manusia, yang apabila
hati seseorang baik, maka insya Allah akan baik pula seluruh tubuhnya,
dan jika hatinya buruk, maka akan buruk pula seluruh tubuhnya. Dalam
sebuah riwayat Imam Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Nu’man ra,
Rasulullah SAW bersabda: “…ketahuilah bahwa dalam jasad itu terdapat
segumpal darah, yang apabila ia baik maka baik pula seluruh jasadnya.
Dan apabila ia rusak, maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa
segumpal darah tersebut adalah hati”. (HR. Bukhari Muslim).
Hati
laksana nahkoda dalam sebuah kapal. Arah tujuan kapal sangat ditentukan
oleh nahkoda. Jika nahkodanya memiliki niat dan tujuan baik, pasti
membawa bahtera tersebut ke arah yang baik. Sebaliknya jika ia memiliki
tujuan yang jahat, maka secara otomatis kapal tersebut sedang berjalan
ke arah yang buruk. Oleh karena itulah sangat penting bagi kita memiliki
hati yang bersih guna menjadikan kehidupan kita benar-benar sedang
melaju ke arah yang baik, yaitu keridhaan Allah SWT.
@kwa,2014
Home »Unlabelled » HATI YANG SANGAT AJAIB
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar