wongalus
Alhamdulillahirobbilalamin. Puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan semua kebutuhan kita untuk hidup semua mahluk
yang ada di muka bumi ini. Alamn semesta yang merupakan paket puja-puji
yang memang sudah seharusnya mengarahkan semua mahluk ini untuk tunduk
patuh kepada iradat NYA. Kepatuhan alamiah, kepatuhan yang tumbuh dari
dalam hati dengan seikhlas-ikhlasnya tanpa ada paksaan. Bukan kepatuhan
yang dipaksakan dari luar namun kepatuhan yang bersemi di dalam hati
sanubari.
Pagi ini 3 Februari 2015, saya kembali menulis untuk
blog KWA disertai dengan hati yang berbunga-bunga. Tidak bisa
diperbandingkan, misalnya bila saya mendapatkan sesuatu benda baru yang
mahal dan mewah. Tidak bisa disandingkan dengan misalnya bila saya
berada di satu tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya.
Entahlah, kebahagiaan hati yang memang susah digambar dengan kata-kata.
Bermula
dari rasa capek yang luar biasa setelah dua hari menyelenggarakan
pelatihan private di Trowulan Mojokerto yang diikuti saudara kita yang
mulia dari Singapura. Saya tertidur pulas di hari Senin 2 Feberuari
sejak pukul 5 sore hari. Tidak seperti biasanya, menjelang magrib
terbangun untuk mandi dan menunaikan sholat. Nah kali ini, tubuh saya
tidak bergerak. Telinga dan mata saya tidak merespon apapun suara dari
luar. Barangkali mirip orang mati. Padahal saat itu saya ada janji
sekitar pukul 19.00 WIB mau bertemu dengan seseorang. Rasa capek luar
biasa membuat saya tidak berdaya untuk sekedar bangun dan membatalkan
janji tersebut.
Usia saya saat ini 43 tahun lebih sekian bulan
jadi sudah menjelang 44 tahun. Nah barangkali karena usia yang sudah
tidak muda ini membuat tubuh saya berangsur menurun derajat
kegesitannya. Maka, saya hanya bisa menikmati pemberian-pemberian Allah
tanpa berkeinginan untuk merubah apa pun. Cukup menikmati usia,
menikmati perjuangan hidup selama muda, menikmati aliran kehendak
semesta alam. Entah kemana alirannya…
Jam 21.30 WIB malam
tiba-tiba saya terbangun. Rasa nikmat luar biasa pada tubuh saya. Terasa
ringan dan enteng seakan sudah melepaskan beban berat. Capek
berangsur-angsur menguap. Alhamdulillah. Saat itu saya baru menyadari
bahwa saya belum melaksanakan ritual wajib tiap jam 18.00 wib sore:
sholat magrib dan ngaji Al Quran. Bahkan belum mandi atau makan malam
dan berbagai kebiasaan rutin lain di hari itu. Pintu rumah depan pun
belum terkunci. Tapi hati saya tenang dan tidak merasa kebingungan. Saya
duduk di kursi… meminta isteri membikinkan teh hangat dan mengambil
sepuntung rokok.
Setelah sholat, makan malam, dan tak lupa
membalas whatssap untuk meminta maaf bahwa saya mengingkari janji.
Saya mengirimkan sebersit pesan padanya… “Matahari akan tetap menjadi
matahari. Tidak akan menjadi bumi dan bulan. Matahari akan tetap
berputar apapun keadaanya. Saya meminta maaf tidak bisa bertemu engkau
malam ini.”
Selanjutnya, diperkenankanlah saya menikmati waktu
oleh Allah SWT mengikuti sebuah perjalanan yang luar biasa. Tiba-tiba
rasa kantuk kembali menyergap. Mata yang sebelumnya terang meredup dan
dalam hitungan sepersekian menit, saya pun kembali terlelap. Tertidur
total mulai jam 22.00 sd jam 05.00 WIB atau selama tujuh jam nonstop.
Nah berbeda dengan tidur-tidur saya selama hidup… dalam tidur saya kali
ini, Allah menganugerahkan sesuatu yang sangat istimewa. Sepotong mimpi
bertemu dengan kekasih sejati saya: Rasulullah SAW.
Perjumpaan
atau pertemuan melalui apapun, apakah itu melalui perjumpaan langsung
atau tidak langsung, melalui mimpi atau melalui sarana apapun tetap saja
hakekatnya merupakan sebuah pertemuan. Sebagaimana Allah SWT menurunkan
wahyu-NYA, berfirman kepada para nabi utusannya melalui sarana apapun,
melalui mimpi atau yang lainnya. Terserah Allah… Kehendak Allah tidak
perlu dibatasi oleh apapun dan Allah Maha Bebas. (*)
Saat itu
saya berdiri di depan Rasulullah SAW yang sedang berpelukan dengan
seorang yang lebih tua usianya. (Seperti seorang raja, seperti paman
Rasulullah sendiri).
Wajah Rasulullah bercambang kumis yang
dicukur rata, rambutnya sebahu, wajah yang seumur hidup pasti akan saya
ingat: teduh tenang. Pakaiannya jubah warna biru dan merah. Rambut
Rasulullah yang hitam legam dielus orang itu tanda keakraban dan
akhirnya mereka berdua melepaskan pelukannya sambil berkata-kata.
Orang
yang lebih tua dari Rasululllah ini juga orang punya derajat. Dia
mengenakan jubah kebesarannya yang warnanya juga sama, merah dan hijau.
Matanya berwibawa. Sehingga dia tidak minder berdiri dihadapan
Rasulullah.
Saat berpekukan, gerakan tubuh kedua pria ini sangat
sopan dan lembut. Kelembutan yang dibalut ketegasan dan keakraban
manusiawi. Kedua matanya saling melihat dan bertatapan. Salah satunya
mengatakan sesuatu dan satunya mengangguk tanda setuju. Setelah
berkata-kata maka keduanya melepaskan pelukannya. Saya mendengar apa
perkataan keduanya. Sekitar tiga meter dari kedua pria tersebut berdiri
seorang wanita berpakaian warna merah berpadu dengan warna biru.
(Percakapan
Rasulullah dengan paman beliau ini bisa jadi merupakan
Sirullah/percakapan yang dirahasiakan Allah sehingga mohon maaf, kami
tidak mengungkapkannya)
Di hadapan Rasulullah SAW, saya terdiam.
Mulut saya tidak mampu bergerak. Takjub syukur bisa menikmati pancaran
aura pesona Rasulullah, sang kekasih Allah SWT ini. Sejenak menatap
wajah Rasulullah saat itu, saya memejamkan mata. Menyimpan kenangan ini
agar tidak terlupakan seumur hidup. Agar menjadi momen paling istimewa
untuk menegakkan kebenaran risalah tauhid sejak Nabi Adam AS hingga nabi
Muhammad SAW.
Yang bisa saya sampaikan saat mimpi bertemu
Rasulullah SAW adalah sebuah pesan, agar kita semua menetapkan keyakinan
kebenaran akan risalah tauhid sepanjang masa: LAA ILAHA ILALLAH
MUHAMMADAR RASULULLAH. Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah Rasul
Allah. Kita pegang keyakinan ini sekuat kuatnya. Jangan pernah bergeser
kepada keyakinan lainnya. Insya allah dalam hidup apapun yang terjadi,
susah dan senang, bahagia dan duka, kaya miskin, kita akan selamat
meniti jalan hingga akhirat. Jangan pernah berubah lagi. Innalillahi
wainna ilaihi rojiun. Wassalamualaikum wr wb.
@Kwa2015
(*)
Manusialah yang kerap membatasi pikirannya sendiri terhadap Dzat yang
Maka Kuasa dan Maha segala-galanya ini. Dikur-ukurnya kebenaran Allah,
Kebenaran absolute dan mutlak di luar dirinya dibatasi oleh
ukuran-ukuran manusia. Dipertanyakannya apa jenis kelamin malaikat.
Dipertanyakannya berapa luas alam semesta. Dipertanyakannya kekuasaan
Allah dan seterusnya. Manusia memang dikodratkan suka untuk mengkaim
sesuatu sesuai dengan batasan-batasan dirinya sendiri. Mata, telinga
dan akalnya dibatasi oleh semesta ukuran matematika. Pada akhirnya
hidupnya pun dibatasi. Tuhan Yang Maha Segalanya, Allah SWT pun
dikira-kira sendiri sesuai dengan semesta bentukan dan keyakinannya
yang kerdil. Astaghfirullahahadzim.
Home »Unlabelled » ENGKAU YANGA SOROT PANCARAN WAJAHMU TIDAK MAMPU KUUNGKAPKAN DENGAN KATA-KATA
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar